Anda pernah mendengar berita tentang AS (17
tahun), remaja cowok asal Kabupaten Tasik yang memperkosa lalu membuang seorang
siswa SD bernama De (6) ke laut pertengahan tahun 2013? Ketika di persidangan, terbukti
kalau AS enggak hanya memperkosa De, tapi juga melakukan hubungan seksual
dengan ayam dan kambing. Kok bisa terjadi, ya? Perilaku Penyimpangan Seksual.
Perilaku tersebut bisa digolongkan kepada
penyimpangan seksual. Secara umum, penyimpangan seksual merupakan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Biasanya, hal ini dipicu oleh
adanya kebutuhan atau dorongan seksual terhadap hal-hal di luar organ seksual.
Ada banyak perilaku penyimpangan
seksual yang diketahui saat ini, girls. Bahkan di usia remaja,
kadang penyimpangan ini sudah mulai terlihat, lho. Malah, hal ini bisa lebih
membahayakan karena kurangnya pengetahuan kita terhadap penyimpangan ini dan
kurangnya kontrol diri dalam menghadapi dorongan seksual yang kita rasakan.
Penyimpangan Seksual itu banyak macamnya. berikut ini 11 perilaku menyimpang seksual yang patut
Kita ketahui :
1. Ekshibisionisme
Ekshibisionisme adalah seseorang mendapatkan kepuasan
seksual dengan memamerkan bagian genitalnya sendiri kepada orang asing yang
tidak mau melihatnya. Bagi seorang ekshibisionis, kepuasan berasal dari reaksi
orang lain, yang secara keliru diduga (oleh si penderita) sebagai ekspresi
kepuasan seksual.
Kepuasan seksual diperoleh penderita saat
melihat reaksi terperanjat, takut, kagum, jijik, atau menjerit dari orang yang
melihatnya. Kemudian hal tersebut digunakan sebagai dasar untuk fantasi
masturbasi. Orgasme dicapai dengan melakukan masturbasi pada saat itu juga atau
sesaat kemudian.
2. Voyeurisme
Ciri utama voyeurism (di dunia kedokteran
dikenal sebagai skopofilia) adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk
secara diam-diam mengintip atau melihat wanita yang sedang telanjang, melepas
pakaian, atau melakukan kegiatan seksual.
Penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual
dari ‘tontonan’ tersebut. Wanita yang diintip biasanya tak dia kenal. Mengintip
menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Anehnya, ia sama
sekali tidak menginginkan berhubungan seksual dengan wanita yang diintip.
Kepuasan orgasme biasanya didapat dengan cara masturbasi.
Uniknya, voyeurism sejati tidak terangsang
jika melihat wanita yang tidak berpakaian di hadapannya. Mereka hanya
terangsang jika mengintipnya. Dengan mengintip mereka mampu mempertahankan
keunggulan seksual tanpa perlu mengalami risiko kegagalan atau penolakan dari
pasangan yang nyata.
3. Frotteurisme
Menggosokkan badan atau memeluk orang lain
yang tidak mau. Hal seperti itu banyak ditemukan di tempat-tempat di mana kita
mau tidak mau berdesak-desakan satu sama lain, contohnya di kereta atau di bis
yang penuh sesak.
4. Pedofilia
Istilah yang sering sekali kita dengar. Orang
dewasa, terutama pria, yang mencari kontak fisik dan seksual dengan anak-anak
prapubertas yang tidak mau berhubungan dengan mereka.
Sekitar dua pertiga korban kelainan ini adalah
anak-anak berusia 8 – 11 tahun. Kebanyakan paedofilia menjangkiti pria, namun
ada pula kasus wanita berhubungan seks secara berulang dengan anak-anak.
Kebanyakan kaum paedofil mengenali korbannya, misalnya saudara, tetangga, atau
kenalan. Kaum paedofil dikategorikan dalam tiga golongan yakni di atas 50
tahun, 20-an hingga 30 tahun, dan para remaja. Seremnya lagi, sebagian besar
mereka adalah para heteroseksual dan kebanyakan sudah menjadi ayah.
5. Sadomasokisme
Sadisme seksual dan masokisme. Sadisme – mengambil
nama dari Marquis de Sade (1740-1814) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kenikmatan atau rangsangan seksual yang diperoleh dengan
menimbulkan nyeri atau menyiksa pasangannya. Semakin sakit, semakin terangsang.
Masokisme – nama pengarang terkenal lain
tentang eksploitasi seksual, Leopold von Sacher-Masoch (1836-1895)
menggambarkan keinginan untuk mendapatkan nyeri dan kenikmatan seksual dari
siksaan atau hinaan (secara fisik atau verbal).
Penderita sadistik mendapatkan kepuasan seksual
dari menimbulkan rasa sakit dan/atau hinaan, sedangkan masokistik mendapatkan
kepuasan seksual dari menerima rasa sakit dan/atau hinaan. Aktivitas seksual
sadomasokistik ditandai oleh teknik yang melibatkan dominasi dan penyerahan
ekstrim dan dengan memberi dan menerima siksaan. Sebagian besar penderita
adalah wanita. Disebut sadomasokistik karena pelakunya memiliki sisi sadistik
dan masokistik dari kepribadian mereka. Tetapi, walaupun banyak yang bertukar
peran, masokistik lebih banyak dari sadistik.
6. Fetishisme
Fetishisme adalah ketergantungan pada suatu
bagian tubuh atau suatu benda (yang dinamakan fetish) untuk mendapatkan
rangsangan dan kepuasan seksual. Penderitanya menjadi terangsang dengan bagian
tubuh (misalnya bokong) atau suatu benda (biasanya pakaian dalam) yang bagi
sebagian besar orang hanya merupakan stimuli. Benda itu mungkin dapat menjadi
dasar fantasi atau membantu percintaan tetapi bukan menjadi pengganti aktivitas
seksual yang lebih konvensional.
Secara umum fetishist adalah orang yang tidak
mampu menikmati seks tanpa adanya sebuah fetish. Fetish mungkin bagian tubuh
(seperti bokong, misalnya), benda mati (seperti sepasang sepatu), atau bahan
(seperti karet). Pada kasus ekstrim, objek fetish menjadi pengganti pasangan
manusia yang nyata.
7. Skatologia
telepon
Bisa diartikan sebagai melakukan hubungan
telepon yang cabul dengan orang lain yang tidak menginginkannya.
8. Transvestisme
Transvestisme juga dikenal sebagai berpakaian
lawan jenis (cross-dressing). Bagi sebagian pria, transvestisme merupakan suatu
aktivitas seksual di mana kepuasan emosional dan fisik diperoleh dari
menggunakan pakaian wanita. Salah besar jika menganggap transvestisme adalah
homoseksual. Sebagian besar adalah heteroseksual dengan kehidupan seks yang
cukup konvensional dan banyak yang menikah serta memiliki anak.
Pola pakaian lawan jenis cukup bervariasi.
Sebagian transvestist menolak pakaian pria sama sekali dan menggunakan pakaian
wanita sepanjang waktu. Sebagian lagi hanya menggunakan pakaian wanita
kadang-kadang saja atau sering kali, sedangkan yang lain hanya memilih satu
jenis pakaian saja. Sebagian penderita transvestisme memiliki kepribadian ganda
–satu pria dan satu wanita– dan berpakaian lawan jenis untuk mengekspresikan
kepribadian wanitanya sementara pada dasarnya adalah maskulin.
Biasanya kelainan ini bermula sejak anak-anak
atau remaja. Seperangkat pakaian yang disukai dapat menjadi benda yang
merangsang nafsu seksualnya. Awalnya dipakai pada saat masturbasi, kemudian
saat persetubuhan. Yang dikenakan mula-mula hanya terbatas cross-dressing
parsial (hanya mengenakan BH dan celana dalam), lama-kelamaan mengenakan
pakaian wanita lengkap, cross-dressing total. Yang terakhir dilakukan ketika si
penderita mulai merasa mampu berdikari, sekitar masa remaja sampai dewasa muda.
Frekuensi kejadiannya makin lama makin meningkat dan akhirnya menjadi
kebiasaan.
Seiring dengan bertambahnya usia,
kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui cara ini dapat
berkurang atau bahkan hilang. Walaupun ada kalanya sejumlah kecil transvestit
muncul pada usia lebih lanjut, yang menghendaki mengenakan pakaian wanita dan
hidup sebagai wanita secara tetap.
Dalam kasus terakhir ini transvestisme berubah
menjadi transeksualisme; penderita ingin berganti kelamin, menjadi seperti
lawan jenis, dan tidak lagi mendapat kepuasan seksual hanya dengan
cross-dressing.
9. Satiriasis
Juga dikenal sebagai Don Juanisme atau adiksi
seksual. Kondisi ini adalah ekuivalen pria dari nimfomania, suatu gangguan
psikologis di mana pria didominasi oleh keinginan yang tidak henti-hentinya
untuk melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan yang berbeda.
Kadang-kadang diduga disebabkan oleh narsikisme yang kuat dan perasaan perlunya
kontrol dari perasaan inferior melalui keberhasilan seksual. Jenis penyimpangan
ini sangat berisiko untuk tertular penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
10. Perilaku seksual
kompulsif
Adalah pengulangan tindakan erotik tanpa
kenikmatan. Kompulsi seksual ini bisa berupa telepon seks yang tanpa akhir,
one-night stand (affair singkat), atau masturbasi beberapa kali dalam sehari,
penderitanya seringkali mengaku merasa “tidak terkendali” sebelum aktivitas dan
merasa bersalah atau malu setelahnya. Apapun kepuasan seksual yang didapatnya,
tindakan tersebut adalah dangkal dan hambar.
Pencarian kepuasan seksual yang mereka lakukan
bersifat kompulsif, kadang-kadang ritualistik. Mereka merasa tidak mampu
mengendalikan dirinya sendiri selama pencarian, dan setelahnya merasa putus
asa, malu, dan membenci diri sendiri. Tetapi satu-satunya cara untuk dapat
lolos dari perasaan negatif itu adalah melalui pengulangan pencarian kepuasan
seksual yang untuk sementara mematikan atau menumpulkan perasaan malu. Dengan
demikian tercipta lingkaran setan yang tidak ada hentinya.
11. Incest
Hubungan seksual antara kerabat dekat di mana
perkawinan di antara mereka ditentang oleh hukum. Incest merupakan tabu sosial
yang besar, bahkan bisa merusak keturunan. (ubes/berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar