Pendahuluan
Mengamalkan ilmu
taswwuf tidak bisa lepas dari ilmu Tareqoh.
Ilmu Tsawwuf sebagai disiplin ilmu yang mengitari konsep-konsep praktek
ajaran Islam secara terpadu, sedangkan ilmu thaiqoh adalah tata urutan
bagaimana ilmu tasawwuf itu bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi antara ilmu tasawwuf dan ilmu thariqah tidak bisa dipisahkan. Thariqah
adalah praktek amaliah tasawwuf yang dikembangkan oleh para imam murysid secara
turun temurun, yang segi amaliahnya bersumber dari sanad-sanad yang diterima oleh
masing-masing mursyid thariqah, yang kemudian berkembang menjadi sekte-sekte
khusus sesuai keputusan dan kebijakan
para mursyid yang membawanya. Sehingga,
secara teknis amaliah thariqah dari masing-masing sekte akan sangat berbeda,
walaupun pokok pangkalnya dari sumber yang sama, yaitu dari Rasulullah SAW.
Dalam
realitasnya, praktek thariqah ini, ada yang mengambil dari sanad yang
tersambung dari Rasulullah dan ada yang terputus bahkan bertententangan dengan
sunnah Rasulullah, yang terakir inilah sangat dikecam oleh para ulama tasawwuf
dan imam-imam mursyid thariqah, sebab prakteknya sangat tidak sesuai lagi
dengan tatanan syariat Islam dan banyak bid’ahnya. Bagi praktek thariqah yang
bagian pertama, yang sanadnya tersambung dengan Rasulullah inilah yang bisa
dijadikan sumber amaliyah bagi ummat Islam. Para Ulama menyebut bagian pertama
ini dengan sebutan thariqah mu’tabarah.
Thariqah
mu’tabarah adalah thariqah yang dilegetemed dan diakui oleh sumua aliran
thoriqah. Karena praktek dan sumber amaliahnya sacara hakikat sama dengan semua
thariqah yang ada. Perbedaanya hanya pada sisi sanad, pasword link, dan
mekanisme pengamalan praktek zikir-zikir yang dilakukan para pangamal thariqah.
Pihak yang dikuasakan untuk memberikan legitimasi ini adalah lembaga JATMAN NU,
yaitu sebuah lembaga di bawah naungan Nahdhotul ‘Ulama.
Pengertian
Thariqoh
Pengertian
Thariqoh, ini berasal dari bahasa Arab ‘thariqah’, jamaknya tharaiq, yang
secara etimologis berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode,
system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan
(al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Sedangkan menurut istilah, Thorekoh berasal dari kata ‘Ath-Thariq’, langkah jalan menuju kepada Hakikat, atau dengan kata lain implementasi pengalaman Syari'at secara kaffah. Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:
1) Tarekat adalah pengamalan syari'at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.
2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).
3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari (Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.
Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan Tasawuf di beberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah Tarekat mempunyai dua macam pengertian, yaitu: pertama, Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut "Al-Maqamaat" dan "Al-Ahwaal".
Kedua, Tarekat
yang diartikan sebagai perkumpulan yang didirikan menurut ajaran yang telah
dibuat seorang Syekh yang menganut suatu aliran Tarekat tertentu. Maka dalam
perkumpulan itulah seorang Syekh mengajarkan
Ilmu Tasawuf menurut aliran Tarekat yang dianutnya, lalu diamalkan bersama
dengan murid-muridnya.
Dari pengertian diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi; yaitu amaliyah dan perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian); baik yang dilakukan oleh seorang, maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut "Al-Maqaamaat" dan "Al-Akhwaal", meskipun kedua istilah ini ada segi prbedaannya.
Latihan kerohanian itu, sering juga disebut "Suluk", maka pengertian Tarekat dan Suluk adalah sama, bila dilihat dari sisi amalannya (prakteknya). Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya (perkumpulannya), tentu saja pengertian Tarekat dan Suluk tidak sama.
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.
Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mu'tabarah al-Ahadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naksibandiyah, Tarekat Rifa'iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.
Thoriqoh atau tarekat adalah suatu ilmu untuk mengetahui hal ihwal nafsu dan sifat-sifatnya yang ada pada diri manusia, mana yang tercela kemudian di jauhi dan ditinggalkan, dan mana yang terpuji kemudian diamalkan. Tarekat ini sendiri tergolong menjadi dua golongan, yaitu tarekat muktabaroh dan tarekat yang tidak muktabaroh. Tarekat muktabaroh adalah aliran tarekat yang memiliki sanad yang muttashil (bersambung) sampai kepada Rosuluwllah Saw. Sedang beliau sendiri menerimanya dari malaikat jibril dan malaikat jibril dari Aowllah SWT.
Sedangkan tarekat yang tidak muktabaroh adalah aliran tarekat yang tidak memiliki sanad dan tidak muttashil sampi kepada Rosuluwllah. Tetapi pada pelaksanaan dan prakteknya bisa sama atau bahkan berbeda dan bertentangan.
Dalam Ilmu Tasawuf, Tariqah merupakan satu jalan atau kaedah yang ditempuh menuju keridhaan Allah swt dengan amaliah zahir dan bathin sepertimana yang terkandung dalam keluasan Ilmu Tasawuf. Adapun ikhtiar menempuh jalan itu lebih dikenali dengan istilah Suluk. Sedangkan orang bersuluk itu pula dipanggil Salik.
Dalam keterangan yang lain, dapat difahami bahwa tariqah itu adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan dikerjakan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, Tabi’in, Tab’I Tabi’in turun temurun sehingga sampai kepada para ulama dan guru-guru.
Guru-Guru yang
memberikan petunjuk dan bimbingan ini dinamakan Mursyid. Mursyid peranannya
membimbing dan mengajar muridnya setelah memperolehi ijazah dari gurunya pula sebagai
tersebut dalam silsilahnya. Dengan demikian ahli Tasawuf berkeyakinan bahwa
hukum-hukum serta peraturan- peraturan dalam ilmu Syariah dapat dilaksanakan
dengan sebaik- baik perlaksanaan melalui jalan Tariqah.
Penggunaan kata
“thariqah” dalam Al-Qur’an
Di dalam Al-Quranul Karim, perkataan Tariqah digunakan sebanyak 9 kali di dalam 5 surah. Pengertian tariqah di dalam Al-Quran mempunyai beberapa pengertian. Antaranya ialah:
1. Surah An-Nisa’
: 168
‘Sesungguhnya orang-orang
yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni
(dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka.’
2. Surah An-Nisa’ : 169
‘Melainkan jalan
ke Neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.’
3. Surah Thoha : 63
‘Mereka berkata :
Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir
kamu dari negeri kamu dengan sihirnya
dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.’
4. Surah Thoha : 77
‘Dan sesungguhnya
telah Kami wahyukan kepada Musa: Pergilah kamu dengan hambaKu (Bani Israil) di
malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tidak
usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).’
5. Surah Thoha : 104
‘Kami lebih
mengetahui apa yang mereka katakan ketika berkata orang yang paling lurus
jalannya di antara mereka: Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah
sehari sahaja.’
6. Surah Al-Ahqaf : 30
‘Mereka berkata :
Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Quran) yang telah
diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab - kitab yang sebelumnya lagi
memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.’
7. Surah Al-Mukminin : 17
‘Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit) dan
Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).’
8. Surah Al-Jinn : 11
‘Dan sesungguhnya
di antara kami ada orang-orang yang soleh dan di antara kami ada (pula) yang
tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeza-beza.’
9. Surah Al-Jinn : 16
‘Dan bahawasanya
jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam),
benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang
banyak).’
Manakala, jika diperhatikan 3 bentuk kata tharaqa digunakan di dalam Al-Quran, maka bentuk tersebut adalah:1) Thariq – Jalan yang ditetapkan atau jalan yang dilalui oleh manusia, 2) Thariqah – Keutamaan atau kebenaran, 3) Tharaiq – Berbentuk jamak dari perkataan thariq dan thariqah. Mempunyai dua makna iaitu :Jalan yang nampak dan Aliran thariqah
Motivasi, Tujuan
dan Pokok Amalan Thoriqoh
Thariqah sebagai organisasi para salik dan sufi, pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, iaitu Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt. Akan tetapi sebagai organisasi, para salik yang kebanyakan diikuti masyarakat awam merupakan para Mubtadi’in, maka dalam tariqah terdapat tujuan-tujuan yang lain yang diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pertama dan utama tersebut. Sehingga secara garis besar, dalam Tariqah terdapat tiga tujuan yang masing-masing melahirkan tatacara dan jenis-jenis amalan kesufian. Ketiga tujuan pokok tersebut adalah:
1. Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa)
Ia merupakan satu proses penyucian jiwa yang akan menghasilkan ketenteraman, ketenangan dan rasa dekat
dengan Allah swt dengan menyucikan hati dari segala kekotoran dan penyakit hati atau penyakit jiwa. Tujuan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang salik atau ahli tariqah. Bahkan dalam tradisi tariqah, Tazkiyatun Nafs ini dianggap sebagai tujuan pokok. Dengan bersihnya jiwa dari berbagai macam penyakit, akan secara langsung menjadikan seseorang dekat kepada Allah swt. Zikrullah (Mengingati Dan Menyebut Allah)
Adapun jalan atau
cara menjalani proses Tazkiyatun Nafs ini adalah dengan Zikrullah (mengingat
Allah). Zikrullah merupakan amalan khas yang mesti ada dalam setiap Tariqah. Yang
dimaksudkan dengan Zikir dalam sesuatu tariqah adalah mengingati Allah swt dan
menyebut nama Allah swt, baik secara Jahar (lisan) atau secara Sirr (rahsia).
Di dalam Tariqah, zikrullah diyakini sebagai cara yang paling efektif untuk
membersihkan jiwa dari segala macam kekotoran dan penyakit-penyakitnya sehingga
hampir semua tariqah menggunakan cara ini.
Selain zikrullah, Tazkiyatun Nafs ini juga diperolehi dengan: Mengamalkan Syariat, Melaksanakan amalan-amalan sunnah, dan Berperilaku zuhud dan wara’.
2. Taqarrub
(Mendekatkan Diri Kepada Allah swt)
Taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah swt merupakan antara tujuan utama para sufi dan ahli tariqah. Ini diupayakan dengan beberapa cara yang tersendiri. Cara-cara tersebut dilaksanakan di samping perlaksanaan dan upaya mengingat Allah (zikir) secara terus-menerus, sehingga sampai tidak sedetik pun seorang salik itu lupa kepada Allah swt.
Antara cara yang
biasanya dilakukan oleh para pengikut tariqah untuk mendekatkan diri kepada
Allah dengan lebih berkesan ialah : pertama Tawassul & Wasilah. Tawassul dan Wasilah dalam upaya mendekatkan
diri kepada Allah yang biasa dilakukan di dalam tariqah adalah suatu cara
(wasilah) agar pendekatan diri kepada Allah swt dapat dilakukan dengan mudah
dan ringan. Di antara bentuk-bentuk Tawassul yang biasa dilakukan adalah
meng-hadiahkan bacaan Al-Fatihah kepada Syeikh yang memiliki silsilah tariqah
yang diikutinya sejak Nabi Muhammad saw sampai kepada mursyid yang mengajar
zikir kepadanya.
Kedua Muraqabah. Muraqabah ialah duduk bertafakkur atau mengheningkan perbuatan dengan penuh kesungguhan hati, dengan seolah-olah berhadapan dengan Allah swt. Meyakinkan diri bahwa Allah swt senantiasa mengawasi dan memerhatikannya. Sehingga dengan latihan Muraqabah ini, seorang salik akan memiliki nilai Ihsan yang baik, dan akan dapat merasakan kehadiran Allah swt di mana sahaja dan pada setiap masa.
Ketiga, Khalwat & Uzlah (Mengasingkan Diri). Khalwat atau uzlah adalah mengasingkan diri dari hiruk pikuk urusan duniawi. Sebahagian tariqah tidak mengajarkan Khalwat ini dalam keadaan fizikal, kerana mengikut golongan ini khalwat cukup dilakukan menerusi kehadiran hati (Khalwat Qalb). Sedangkan sebahagian tariqah yang lain, mengajarkan Khalwat atau Uzlah secara fizikal, sebagai pengajaran untuk membawa penuntutnya dapat melakukan Khalwat Qalb. Ajaran tentang khalwat ini dilaksanakan dengan mengambil iktibar dari amalan Rasulullah saw pada menjelang masa pengangkatan kenabiannya. Dalam perlaksanaan Khalwat ini diisi dengan berbagai Mujahadah demi mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam tradisi sebahagian tariqah di rantau Nusantara ini, Khalwat ini lebih dikenali dengan Suluk.
3. Tujuan-Tujuan
Lain
Tariqah sebagai kumpulan metode dan kayfiyat prakteh amalan yang menghimpunkan para calon sufi atau Salik, yang kebanyakannya terdiri dari masyarakat yang haus akan rahmat Allah. Untuk tahap awalkedudukan mereka itu berperingkat Mubtadi’in (permulaan), maka dalam tariqah terdapat amalan-amalan yang menyesuaikan kepada keadaan masyarakat awam. Amalan-amalan tersebut bertujuan mengharapkan sesuatu imbalan ataupun pertolongan dalam melaksanakan tujuan pengamalan tersebut.
Kadang kalanya
amalan-amalan inilah yang biasanya memenuhi masa ruang para Salik. Di antara
amalan-amalan tersebut ialah :pertama Wirid. Wirid adalah suatu amalan yang harus dilaksanakan secara
istiqamah (berterusan), pada waktu-waktu yang khusus seperti setiap selesai mengerjakan sembahyang atau pada waktu-waktu tertentu yang lain. Wirid ini biasanya berupa potongan-potongan ayat, selawat atau pun nama-nama Allah.
amalan-amalan tersebut ialah :pertama Wirid. Wirid adalah suatu amalan yang harus dilaksanakan secara
istiqamah (berterusan), pada waktu-waktu yang khusus seperti setiap selesai mengerjakan sembahyang atau pada waktu-waktu tertentu yang lain. Wirid ini biasanya berupa potongan-potongan ayat, selawat atau pun nama-nama Allah.
Perbezaannya
dengan zikir adalah kalau zikir itu diijazahkan oleh seorang Mursyid dalam
proses Bai’ah atau
Talqin atau Hirqah. Sedangkan wirid tidak semestinya harus diijazahkan oleh seorang Mursyid dan tidak diberikan dalam suatu proses perjanjian (bai’ah). Sedangkan dari sudut tujuan juga memiliki perbezaan antara keduanya. Zikir hanya dilakukan satu-satunya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, sedangkan wirid biasa dikerjakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang lain, umpama memohon keberkahan rezeki, pertolongan dan sebagainya.
Talqin atau Hirqah. Sedangkan wirid tidak semestinya harus diijazahkan oleh seorang Mursyid dan tidak diberikan dalam suatu proses perjanjian (bai’ah). Sedangkan dari sudut tujuan juga memiliki perbezaan antara keduanya. Zikir hanya dilakukan satu-satunya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, sedangkan wirid biasa dikerjakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang lain, umpama memohon keberkahan rezeki, pertolongan dan sebagainya.
Kedua Ratib. Ratib adalah amalan yang harus diwiridkan oleh para pengamalnya. Tetapi Ratib ini merupakan kumpulan dari beberapa potongan ayat atau surah-surah pendek yang digabungkan dengan bacaan-bacaan lain seperti Istighfar, Tasbih, Selawat, Asmaul Husna, Kalimah Thayyibah dalam suatu jumlah yang telah ditentukan dalam pengamalan yang khusus.
Ratib ini
biasanya disusun oleh seorang mursyid besar dan diberikan secara ijazah kepada
para muridnya. Ratib ini juga biasa diamalkan oleh seorang dengan tujuan untuk meningkatkan
kekuatan rohani dan merupakan wasilah (perantaraan) dalam doa untuk kepentingan
hajat-hajat yang khusus.
Ketiga Hizib. Hizib pula adalah suatu doa yang panjang, dengan susunan perkataan dan bahasa yang indah disusun oleh seorang sufi besar. Hizib ini biasanya merupakan doa pelindung bagi seorang sufi yang juga diberikan kepada muridnya secara ijazah. Hizib diyakini oleh kebanyakan masyarakat Islam sebagai amalan yang dimiliki daya yang sangat besar terutama jika diperhadapkan dengan ilmu-ilmu ghaib dan kesaktian.
keempat manaqib. Manaqib sebenarnya adalah biografi seorang sufi besar atau wali Allah seperti As-Syeikh Abdul Qadir Jailani dan Syeikh Bahauddin An-Naqsyabandi. Diyakini oleh para pengamal tariqah sebagai mempunyai suatu kekuatan rohani dan barakah. Bacaan manaqib ini seringkali dijadikan sebagai amalan, terutama untuk mengingati sejarah dan perjuangan para waliyullah dan untuk tujuan terkabulnya segala hajat-hajat yang baik dan khusus.
Secara rumusan,
pokok dari semua Tariqah itu ada lima : Pertama – Mempelajari ilmu pengetahuan
yang bersangkut paut dengan perlaksanaan segala perintah-perintah syara’. Kedua
– Mendampingi guru-guru dan teman setariqah untuk melihat bagaimana cara
melakukan sesuatu ibadah. Ketiga – Meninggalkan segala Rukhsah dan Ta’wil untuk
menjaga dan memelihara kesempurnaan amal. Keempat – Menjaga dan mempergunakan
waktu serta mengisikannya dengan segala wirid dan doa guna kekhusyukan dan
kehadiran jiwa. Dan kelima – Mengekang diri, jangan sampai keluar melakukan hawa
nafsu dan supaya diri itu terjaga daripada kesalahan. (Ubes dari berbagai
sumber)
0 komentar:
Posting Komentar