Waktu
Alam Semesta dalam Putaran Siang dan Malam
Perputaran dan atau
pergantian antara waktu, datangnya siang dan hilanglah malam atau sebaliknya,
datang malam hilanglah siang merupakan suatu yang sangat menakjubkan. Kini, para
ilmuwan mencoba menemukan bahwa tumpang tindihnya malam dengan siang hari
merupakan proses yang sangat kompleks, karena itu mereka menggunakan teknologi
muthakhir, melalui satelit dan komputer untuk mempelajari proses yang menakjubkan
ini. Mereka menemukan bahwa malam masuk pada siang, dan waktu siang masuk pada
waktu malam, dan proses ini berlangsung selama 24 jam non-stop.
Selama sepanjang sejarah peradaban manusia, fenomena peralihan tersebut tak pernah dikaji dan dibicarakan, belum pernah ada penelitian mutakhir dilakukan atau adanya informasi yang memberikan petunuk tentang fenomena tersebut, kecuali setelah adanya wahyu yang turun kepada Rasulullah, Muhammad SAW, yakni selama 14 abad yang lalu, bahwa siang dan malam silih berganti secara terus-menerus dan bahwa proses ini merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang perlu direnungkan?
Realitas ini telah
digambarkan oleh Al-Quran dalam firman Allah, “Yang
demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke
dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam.” (QS. Al-Hajj: 61).
Apa hikmah yang bisa kita petik dari pergantian siang dan malam? Bagi kaum muslimin, setiap fenomena alam merupakan tanda kauniyah yang dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai hikmah. Bahwa pergantian siang dan malam ternyata bukan hanya sekedar fenomena menakjubkan, akan tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Salah satunya, hikmah pergantian waktu tersebut adalah jeda untuk hitungan rule (ukuran) dan value (nilai) dari evaluasi pola kerja dan tindak laku bagi kehidupan manusia. Pola tindak kehidupan manusia tidak bisa lepas dengan takaran waktu yang kemudian akan menghasilkan efek dan konsekwensi antara hubungan waktu dan pola tindaknya.
Pola
tindak yang dimaksud adalah pola laku tindak yang bernuansa dan bernilai
ubudiyah ilahiyah. Dalam kaitan itu, kemudian dalam putaran siang dan malam,
Allah jadikan step-step kehidupan manusia dibagi menjadi 5 (lima) putaran waktu
dalam sehari semalam, yakni setiap mukmin harus melakukan lima tindakan ubudiah
dalam sehari semalam, berupa shalat lima kali. Proses lebih lanjut, berjalannya
waktu siang dan malam akan berlanjut ke putaran minggu, bulan dan tahun. Semua
hitungan waktu tersebut memiliki efek dan konsekwensi bagi para mukminin untuk
mampu menerima realitas waktu dan sekaligus mampu melakukan tidakan ubudiyah
kepada zat pencipta waktu, Allah Azza wajalla.
Ketentuan
Waktu-waktu dalam Ibadah Shalat 5 Waktu
Ibadah shalat dianggap sah dikerjakan
apabila telah masuk waktunya. Dan shalat yang dikerjakan pada waktunya ini
memiliki keutamaan sebagaimana ditunjukkan dalam hadits berikut ini.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu: Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amal apakah
yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.”
“Kemudian amalan apa?” tanya Ibnu Mas`ud. “Berbuat baik kepada kedua orangtua,”
jawab beliau. “Kemudian amal apa?” tanya Ibnu Mas’ud lagi. “Jihad fi
sabilillah,” jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 527 dan Muslim no. 248)
Sebaliknya, bila shalat telah
disia-siakan untuk dikerjakan pada waktunya maka ini merupakan musibah karena
menyelisihi petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, seperti yang dikisahkan Az-Zuhri rahimahullahu, ia berkata,
“Aku masuk menemui Anas bin Malik di Damaskus, saat itu ia sedang menangis. Aku
pun bertanya, ‘Apa gerangan yang membuat anda menangis?’ Ia menjawab, ‘Aku
tidak mengetahui ada suatu amalan yang masih dikerjakan sekarang dari
amalan-amalan yang pernah aku dapatkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam kecuali hanya shalat ini saja. Itupun shalat telah disia-siakan untuk
ditunaikan pada waktunya’.” (HR. Al-Bukhari no. 530)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban
yang ditetapkan waktunya bagi kaum mukminin.” (An-Nisa`: 103)
Ada beberapa hadits yang
merangkum penyebutan waktu-waktu shalat. Di antaranya hadits Abdullah bin ‘Amr
ibnul ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya tentang waktu shalat (yang lima), beliau pun menjawab, “Waktu
shalat fajar adalah selama belum terbit sisi matahari yang awal. Waktu shalat
zhuhur apabila matahari telah tergelincir dari perut (bagian tengah) langit
selama belum datang waktu Ashar. Waktu shalat ashar selama matahari belum
menguning dan sebelum jatuh (tenggelam) sisinya yang awal. Waktu shalat maghrib
adalah bila matahari telah tenggelam selama belum jatuh syafaq1. Dan waktu
shalat isya adalah sampai tengah malam.” (HR. Muslim no. 1388)
Pada saat datangnya
masing-masing waktu tersebut, Rasulullah selalu didatangi Malaikat Jibril untuk
bersama-sama melaksanakan ibadah shalat sesuai datangnya waktu-waktu, bershalat
secara berjamaah. Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi menegaskan fenomena
tersebut, sebagaiman dikutip dari Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (250)], Ahmad
(al-Fat-hur Rabbaani) (II/241 no. 90).
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah didatangi Jibril Alaihissallam lalu ia berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, “Bangun dan shalatlah!” Maka beliau shalat Zhuhur ketika matahari telah tergelincir. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat ‘Ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat ‘Ashar ketika bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat Maghrib dan berkata, “Bangun dan shalatlah.” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Maghrib ketika matahari telah terbenam. Kemudian Jibril mendatanginya saat ‘Isya' dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Isya' ketika merah senja telah hilang. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat Shubuh dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Shubuh ketika muncul fajar, atau Jabir berkata, “Ketika terbit fajar.”
Keesokan harinya Jibril kembali mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat Zhuhur dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Zhuhur ketika bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Ashar ketika panjang bayangan semua benda dua kali panjang aslinya. Kemudian dia mendatanginya saat Maghrib pada waktu yang sama dengan kemarin dan tidak berubah. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Isya' ketika pertengahan malam telah berlalu -atau Jibril mengatakan, sepertiga malam,- lalu beliau shalat ‘Isya'. Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat hari sudah sangat terang dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Shubuh kemudian berkata, ‘Di antara dua waktu tersebut adalah waktu shalat.’”. Lihat Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (250)], Ahmad (al-Fat-hur Rabbaani) (II/241 no. 90), Sunan an-Nasa-i (I/263), dan Sunan at-Tirmidzi (1/101 no. 150), dengan lafazh serupa.
Hikmah
Waktu Shalat sebagai Pengajaran Disiplin Diri Jiwa Muttaqin
Di antara ciri khas karakter muttaqin
(orang-orang bertaqwa) ialah rajin menegakkan sholat sebagaimana diperintahkan
Allah ta’aala dan dicontohkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian
rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS AlBaqarah ayat 2-3)
Para muttaqin menyadari bahwa sholat
merupakan bukti keimanan yang sangat signifikan. Dan mereka sangat menyadari
betapa besar akibatnya bila seseorang dengan sengaja meninggalkan sholat wajib
lima waktu tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Nabi shollallahu ’alaih wa
sallam menggambarkan orang yang meninggalkan sholat sebagai terlibat dalam kekufuran bahkan kemusyrikan!
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Aku mendengar Nabi shollallahu
’alaih wa sallam bersabda: “Sesungguhnya antara seorang lelaki dan kemusyrikan
serta kekufuran ialah meninggalkan sholat.” (HR Muslim 116)
Dalam hadits lainnya Nabi shollallahu
’alaih wa sallam berlepas diri dari orang yang dengan sengaja melalaikan
kewajiban sholat. Sehingga beliau mengatakan bahwa tindakan tersebut akan
menghilangkan jaminan Allah ta’aala dan RasulNya atas orang itu pada hari
berbangkit kelak.
عَنْ أُمِّ أَيْمَنَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَتْرُكْ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّدًا فَإِنَّهُ مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
Dari Ummu Aiman radhiyallahu
’anha bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
“Jangan kamu tinggalkan sholat dengan sengaja. Karena sesungguhnya barangsiapa
meninggalkan sholat dengan sengaja maka sungguh lepaslah darinya perlindungan
Allah ta’aala dan RasulNYa.”(HR Ahmad 26098)
Dan perlu diketahui bahwa urusan paling
awal yang akan Allah ta’aala periksa atas hamba-hambaNya pada hari pengadilan
ialah sholatnya. Barangsiapa yang sholatnya dikerjakan dengan baik maka
beruntunglah dia, dan sebaliknya barangsiapa yang sholatnya dinilai kurang,
maka kekurangannya hanya bisa ditutup bila hamba tersebut punya simpanan sholat
sunnah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلَاتُهُ فَإِنْ وُجِدَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتُقِصَ مِنْهَا شَيْءٌ قَالَ انْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ يُكَمِّلُ لَهُ مَا ضَيَّعَ مِنْ فَرِيضَةٍ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ سَائِرُ الْأَعْمَالِ تَجْرِي عَلَى حَسَبِ ذَلِكَ
“Sesungguhnya hal pertama yang
diperhitungkan dari seorang hamba Allah ta’aala pada hari kiamat ialah
sholatnya. Jika didapati ia sempurna maka ia dicatat sebagai sempurna. Jika
didapati terdapat kekurangan, maka dikatakan ”Coba lihat adakah ia memiliki
sholat sunnah yang dapat melengkapi sholat wajibnya?” Kemudian segenap amal
perbuatannya yang lain diproses sebagaimana sholatnya. (HR AnNasai)
Oleh karena itu, tegakkanlah sholat
wajib lima waktu dengan disiplin. Sebab Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
mengatakan bahwa sholat wajib akan menghapuskan segenap kesalahan seorang
muslim laksana daun yang berguguran dari sebatang pohon.
فَقَالَ:”إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا تَوَضَّأَ، فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ صَلَّى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ تَحَاتَّتْ خَطَايَاهُ، كَمَا تَحَاتَّ هَذَا الْوَرَقُ”، ثُمَّ تَلا هَذِهِ الآيَةَ: {أَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114] .
“Seorang muslim bila berwudhu
dan ia baguskan wudhunya kemudian ia sholat lima waktu, maka berguguranlah
kesalahannya seperti bergugurannya daun ini.” Kemudian beliau membaca ayat sbb:
“Tegakkanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat”. (HR Thabrani 6028)
Selanjuntnya, usahakanlah sedapat
mungkin untuk selalu menegakkan sholat wajib lima waktu berjamaah di masjid,
khususnya bagi kaum pria muslim. Sebab ahli fiqih dari kalangan para sahabat,
yaitu Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu mengatakan bahwa orang yang
sholatnya dikerjakan di rumah –bukan di masjid- berpotensi untuk menjadi sesat
dari jalan Allah ta’aala.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلَاءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ
Ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu
berkata: “Barangsiapa ingin bertemu Allah ta’aala esok hari sebagai seorang
muslim, maka ia harus menjaga benar-benar sholat pada waktunya ketika terdengar
suara adzan. Maka sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aala telah mensyari’atkan
(mengajarkan) kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam beberapa SUNANUL-HUDA
(perilaku berdasarkan hidayah/petunjuk) dan menjaga sholat itu termasuk dari
SUNANUL-HUDA. Andaikan kamu sholat di rumah sebagaimana kebiasaan orang yang
tidak suka berjama’ah berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu Muhammad
shollallahu ’alaih wa sallam. Dan bila kamu meninggalkan sunnah Nabimu Muhammad
shollallahu ’alaih wa sallam pasti kamu tersesat.” (HR Muslim 1046).
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu
mengatakan bahwa pada masa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam masih
hidup tidak ada orang yang sengaja tidak sholat berjamaah di masjid kecuali
orang munafiq yang tidak diragukan kemunafiqannya.
وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ
Dan sungguh dahulu pada masa
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tiada seorang tertinggal dari sholat
berjama’ah kecuali orang-orang munafiq yang terang kemunafiqannya.” (HR Muslim
1046).
Hikmah
Waktu-Waktu Shalat dalam Dunia Sains
Baiklah, kita coba
melihat bahasan dari dunia sains mengupas soal waktu dalam sholat, ada apa
dibalik waktu-waktu shaolat yang ditentukan Allah ini. Tentu saja, ini hanya
sebuah kajian dari sisi sains, yang kapasitas analisanya masih dalam ruang
terbatas. Namun walau demikian, tetap bisa kita hargai, karena setidaknya akan
membuka tabir (hijab) kebutaan kita tentang makna karunia waktu yang diberikan
Allah kepada kita.
Ibadah sholat adalah
ibadah utama seorang muslim dan ini merupakan jembatan utama komunikasi
langsung antara umat dan Penciptanya (Allah Swt). Ternyata dari waktu sholat
yang 5 waktu itu banyak hikmah yang kita bisa dapatkan dilihat dari faktor
kesehatan, ilmu pengetahuan, psikologi dan lain-lain. Berikut pengamatan para
ahli di bidangnya mengenai masalah waktu sholat, salah satu rukun Islam, karena
ada rahasia dibalik peralihan/perpindahan waktu sholat.
Manakala setiap perpindahan dan peralihan
waktu sholat sebenarnya bersamaan dengan terjadinya perubahan tenaga alam yang
bisa diukur dan dirasakan melalui perubahan warna alam. Fenomena perubahan
warna alam ini tidak asing bagi penggemar dan praktisi fotografi, video atau film
juga dalam industri cahaya dan lampu,percetakan, astrofisika dan lain-lain
karena ada istilah suhu atautemperatur warna (color temperature) dimana kalau
siang itu bluish (kebiru-biruan) dan kalau sore itu reddish(kemerah-merahan)-
Suhu warna biasanya menggunakan satuan Kelvin (K) sebagai perangkat
pengukurannya.
Untuk menentukan awal permulaan dan akhir waktu-waktu shalat,
kita tentu saja berpegangan dengan sebuah dalil syari’at. Jadi sebelum membahas
kajian sains kita lihat dan kita iringi dulu dengan keterangan mengenai batas
waktu-waktu shalat. Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya shalat
itu memiliki awal dan akhir waktu. Awal waktu shalat zhuhur adalah saat
matahari tergelincir dan akhir waktunya adalah ketika masuk waktu ashar. Awal
waktu shalat ashar adalah ketika masuk waktunya dan akhir waktunya saat
matahari menguning. Awal waktu shalat maghrib adalah ketika matahari tenggelam
dan akhir waktunya ketika tenggelam ufuk. Awal waktu shalat isya adalah saat
ufuk tenggelam dan akhir waktunya adalah pertengahan malam. Awal waktu shalat
fajar adalah ketika terbit fajar dan akhir waktunya saat matahari terbit.”
(HR. At-Tirmidzi no. 151 dan selainnya. Lihat Ash-Shahihah no. 1696)
WAKTU SUBUH
Awal waktu shalat fajar adalah saat
terbitnya fajar kedua atau fajar shadiq sebagaimana ditunjukkan dalam hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa mengerjakan shalat ini di waktu ghalas, bahkan terkadang beliau selesai
dari shalat fajar dalam keadaan alam sekitar masih gelap (waktu ghalas),
sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Kami wanita-wanita mukminah ikut
menghadiri shalat fajar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
keadaan berselimut (menyelubungi tubuh) dengan kain-kain kami, kemudian mereka
(para wanita tersebut) kembali ke rumah-rumah mereka ketika mereka selesai
menunaikan shalat dalam keadaan tidak ada seorang pun mengenali mereka karena
waktu ghalas (sisa gelapnya malam).” (HR. Al-Bukhari no. 578 dan Muslim
no. 1455)
Dalam Kajian dunia sains, bahwa pada
waktu subuh, alam berada dalam spectrum warna biru muda yang bersesuaian dengan
frekuensi tiroid (kelenjar gondok). Dalam ilmu Fisiologi (Ilmu Faal-salah satu
dari ilmu biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan) tiroid
mempunyai pengaruh terhadap sistem metabolisma tubuh manusia. Warna biru muda
juga mempunyai rahasia tersendiri berkaitan dengan rejeki dan cara
berkomunikasi. Mereka yang masih tertidur nyenyak pada waktu Subuh akan
menghadapi masalah rejeki dan komunikasi. Mengapa? Karena tiroid tidak dapat
menyerap tenaga biru muda di alam ketika roh dan jasad masih tertidur. Pada
saat azan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkatan optimum.
Tenaga inilah yang kemudian diserap oleh tubuh kita terutama pada waktu ruku
dan sujud.
Secara ekplisit Allah menyatakan,
bahwa subuh disebut qur’anal fajr
adalah memiliki realitas yang nyata (masyhud). Sebuah fenomena waktu yang
memberi dampak dan efek yang nyata bagi kehidupan manusia. Inilah firman-Nya.
“Dirikanlah
shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikan pula
shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat.”
(Al-Isra`: 78)
WAKTU ZUHUR
Awal waktu zhuhur adalah saat matahari
tergelincir (waktu zawal) dan akhir waktunya adalah ketika masuk waktu ashar.
Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
shalat zhuhur ketika matahari tergelincir.” (HR. Muslim no. 1403)
Hadits ini menunjukkan disenanginya
menyegerakan shalat zhuhur, demikian pendapat Asy-Syafi’i rahimahullahu dan
jumhur ulama. (Al-Minhaj 5/122, Al-Majmu’ 3/56)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Kami bila mengerjakan
shalat zhuhur di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami sujud
di atas pakaian kami dalam rangka menjaga diri dari panasnya matahari di siang
hari.” (HR. Al-Bukhari no. 542 dan Muslim no. 1406)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani
rahimahullahu menyatakan, “Hadits ini menunjukkan disegerakannya pelaksanaan
shalat zhuhur walaupun dalam kondisi panas yang sangat. Ini tidaklah
menyelisihi perintah untuk ibrad (menunda shalat zhuhur sampai agak dingin,
pent.), akan tetapi hal ini untuk menerangkan kebolehan shalat di waktu yang
sangat panas, sekalipun ibrad lebih utama.” (Fathul Bari, 2/32)
Sebagaimana disinggung di atas bahwa
untuk shalat zhuhur ada istilah ibrad, yaitu menunda pelaksanaan shalat zhuhur
sampai agak dingin. Ini dilakukan ketika hari sangat panas sebagai suatu
pengecualian/pengkhususan dari penyegeraan shalat zhuhur. Jumhur berkata,
“Disenangi ibrad dalam shalat zhuhur kecuali pada waktu yang memang dingin.”
(Nailul Authar, 1/427)
Dalam pandangan sains, bahwa alam
berubah menguning dan ini berpengaruh kepada perut dan sistem pencernaan
manusia secara keseluruhan. Warna ini juga punya pengaruh terhadap hati. Warna
kuning ini mempunyai rahasia berkaitan dengan keceriaan seseorang. Jadi bagi
mereka yang selalu ketinggalan atau melewatkan sholat Zuhur berulang kali akan
menghadapi masalah dalam sistem pencernaan serta berkurang keceriaannya.
Secara ekplisit Allah menyatakan,
bahwa waktu dzuhur disebut duluqisy
syamay adalah memiliki realitas yang nyata terang karena ada sinar matahari
yang di atas kepala kita. Sebuah fenomena waktu ini memberi dampak dan efek
yang nyata bagi kehidupan manusia. Inilah firman-Nya.
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam…….
(Al-Isra`: 78)
WAKTU ASHAR
Awal waktu Ashar adalah saat sinar
matahari memberi bayang-bayang, yang bila
bayangan segala sesuatu sama dengan tingginya, setelah menambahkan bayangan
sesuatu tersebut dengan bayangan tatkala zawal/matahari .
Ibnu Qudamah rahimahullahu berkata, “Akhir
waktu zhuhur adalah bila bayangan segala sesuatu sama dengan tingginya, setelah
menambahkan bayangan sesuatu tersebut dengan bayangan tatkala zawal/matahari
tergelicir.” (Al-Kafi, 1/120)
Dalam kajian dunia sains, bahwa alam
berubah lagi warnanya menjadi jingga/oranye (warna antara merah dan kuning).
Hal ini berpengaruh cukup signifikan terhadap organ tubuh yaitu prostat (
kelenjar eksorin pada pria jantan, fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan
dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua pertiga bagian dari air mani),
rahim , ovarium/ indung telur (kelenjar kelamin wanita) , dan testis (kelenjar
kelamin jantan) yang merupakan sistem reproduksi secara keseluruhan. Warna
oranye di alam juga mempengaruhi kreativitas seseorang. Orang yang sering
ketinggalan waktu Asar akan menurun daya kreativitasnya. Disamping itu
organ-organ reproduksi ini juga akan kehilangan tenaga positif dari warna alam
tersebut.
WAKTU MAGHRIB
Awal waktu maghrib adalah saat sinar
matahari telah hilang, warnanya terlihati merah, dan cahaya kegelapan malam
mulai nampak. Dalam al-Qur’an disebutnya ghosaqil lail.
“Dirikanlah shalat dari
sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam ….” (Al-Isra`: 78)
Fenomena waktu maghrib
sangat unik. Dalam dunia sains terlihat, bahwa warna alam kembali berubah
menjadi merah. Sering pada waktu ini kita mendengar banyak nasehat orang tua
agar tidak berada di luar rumah. Nasehat tersebut ada benarnya karena pada saat
Maghrib tiba, spektrum warna alam selaras dengan frekuensi jin dan iblis. Pada
waktu ini jin dan iblis amat bertenaga(powerful) karena mereka bergema atau
ikut bergetar dengan warna alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan sebaiknya
berhenti sejenak dan mengerjakan sholat Maghrib terlebih dahulu. Hal ini lebih
baik dan lebih selamat karena pada waktu ini banyak gangguan
(interferensi-interaksi antar gelombang dalam satu daerah-bisa membangun dan
merusak) atau terjadi tumpang-tindih dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi
sama atau hampir sama dan bisa menimbulkan fatamorgana yang bisa mengganggu
mata(penglihatan) kita.
WAKTU ISYA
Awal waktu shalat Isya adalah saat tenggelamnya syafaq dan akhir
waktunya ketika pertengahan malam, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits
Abdullah bin ‘Amr ibnul Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang waktu
shalat (yang lima), beliau pun menjawab, “Waktu shalat fajar adalah
selama belum terbit sisi matahari yang awal. Waktu shalat zhuhur apabila
matahari telah tergelincir dari perut (bagian tengah) langit selama belum
datang waktu Ashar. Waktu shalat ashar selama matahari belum menguning dan
sebelum jatuh (tenggelam) sisinya yang awal. Waktu shalat maghrib adalah bila
matahari telah tenggelam selama belum jatuh syafaq. Dan waktu shalat isya
adalah sampai tengah malam.” (HR. Muslim no. 1388)
Pada waktu Isya ini,
dalam pandangan sains, terlihat fenomena baru dimana warna alam berubah menjadi nila (indigo) dan
selanjutnya menjadi gelap. Waktu Isya mempunyai rahasia ketenteraman dan
kedamaian yang frekuensinya sesuai dengan sistem kontrol otak. Mereka yang
sering ketinggalan waktu Isya akan sering merasa gelisah. Untuk itulah ketika
alam mulai diselimuti kegelapan, kita dianjurkan untuk mengistirahatkan tubuh
ini. Istirahat yang baik adalah dengan tidur.
Dengan tidur pada waktu
ini, keadaan jiwa kita berada pada gelombang Delta dengan frekuensi dibawah 4HZ
(Hertz adalah satuan ukur untuk frekuensi) dan seluruh sistem tubuh memasuki
waktu rehat. Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan
warna-warna putih, merah jambu dan kemudian ungu. Perubahan warna ini selaras
dengan kelenjar pineal (badan pineal atau “mata ketiga”, sebuah kelenjar
endokrin pada otak)kelenjar pituitary (hipofisis), thalamus(struktur simetris
garis tengah dipasangkan dalam otak vertebrata termasuk manusia dan fungsinya
mencakup sensasi menyampaikan, rasa khusus dan sinyal motor ke korteks
serebral, bersama dengan pengaturan kesadaran, tidur dan kewaspadaan) dan
hypothalamus(hipotalamus-bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus dengan
berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan
suhu). Maka sebaiknya kita bangun lagi pada waktu ini untuk mengerjakan sholat
malam(tahajud).
Hubungan antara waktu
shalat dan warna alam sangat erat dengan nilai (value) dan efek pola laku
perbuatan manusia yang berdiam hidup di alam bumi ini. Kita sebagai manusia
sebaiknya mawas diri dan sadar akan pentingnya tenaga alam yang penuh fenomenal
ini.. Faktor-faktor inilah yang mendasar kegiatan meditasi orang-orang non
muslim seperti taichi, qi-gong dan sebagainya. Meditasi ini dilakukan untuk
menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh. Kita sebagai umat Islam sepatutnya
bersyukur, karena telah di’karuniakan’ syariat shalat oleh Allah SWT sehingga
jika laksanakan sesuai aturan maka secara tak sadar kita telah menyerap tenaga
alam ini. Ini salah satu diantara hikmah rahasia waktu-waktu shalat, yang mungkin
belum pernah terfikir oleh kita sebelumnya.
Demikianlah, sepercik
rahasia dan hikmah hakikat mengapa Allah SWT yang maha Pengasih dan Penyayang
mewajibkan shalat kepada kita sebagai hambaNya. Allah, sebagai Pencipta
mengetahui bahwa hamba-Nya amat sangat membutuhkan dan memerlukan-Nya. Oleh
karena itu, shalat di awal waktu akan membuat badan semakin sehat dan prima,
tampil lebih cerdas, tangkas, energik dan cantik inner binner. (Ubes
Nur Islam dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar