This is default featured slide 1 title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.
This is default featured slide 2 title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.
This is default featured slide 3 title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.
This is default featured slide 4 title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.
This is default featured slide 5 title
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam. blogger theme by BTemplates4u.com.
Selasa, 28 Oktober 2014
Pengaruh positif wirid zikir bagi kehidupan Manusia
AMALAN-AMALAN TASAWWUF DALAM ZIKIR THORIQOAH
Ada 3 (tiga) kelasifikasi jenis amalan zikir dalam Thoriqoh Alawiyah:
1) Auradul Maktubah , yang harus diamalkan oleh para santri atau murid yang menjalankan thoriqoh Alawiah ini, diantaranya : Wirid Laazim , yaitu membaca:
- syahadatain 41 X
- Sholawat 41x
- Ratibul Haddad 1x
Dikerjakan 1x sehari semalam, atau pagi dan sore, pagi dimulai setelah selesai waktu sholat subuh sampai waktu ashar paling lambat sampai maghib. Adapun zikiran yang diamalkannya adalah:
Senin, 27 Oktober 2014
KUNCI PENTING DALAM PENGAMALAN TARIQAH
Para ulama sebelumnya menerima dari para Tabi’ Tabi’in. Mereka pula telah menerima dari para tabi’in yang telah menerima dari sahabat yang langsung menerima dari Rasulullah saw. Rasulullah saw telah menerima segala ajaran pula dari Jibril as dan Jibril pula menerimanya dari Allah swt. Perlaksanaan sunnah Nabi Muhammad saw yang terkandung dalam Ilmu Fiqeh harus dilaksanakan melalui tariqah. Tidak mencukupi hanya dari keterangan hadis–hadis Nabi Muhammad saw sahaja tanpa ada sahabat yang melihat cara perlaksanaan Nabi saw dalam sesuatu ibadah. Kemudian mereka pula menceritakan kembali caranya kepada murid-muridnya iaitu para tabi’in dan seterusnya.
1. Guru atau Mursyid
dan Tuhannya. Ini dikaitkan dengan peranan Rasulullah saw didalam membimbing para sahabat menuju kepada penghambaan kepada Allah.
2. Murid atau Salik
kurang faedahnya, jika ianya tidak meninggalkan perubahan budi pekerti dan peningkatan amaliah murid-murid itu.
3. Talqin dan Bai’ah
persaudaraan kukuh yang tidak akan putus antara seorang murid dan gurunya juga meninggalkan pengertian yang sangat mendalam dan cara-cara serta adab yang akan ditinggalkan dalam ingatankedua belah pihak.
amalan pokok dalam tariqah. Zikrullah yang diajarkan berupa kalimah Tauhid ‘La Ilaha Illallah’ diajarkan kepada murid dengan cara pengamalan yang khusus, terutama melafazkan kalimah ini dengan lafaz yang bersuara dan juga di dalam hati.
Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tabrani dari Syaddad Bin Aus bahawa Rasulullah saw pernah mentalkin sahabat-sahabat beliau secara berjamaah dan perseorangan. Pada suatu hari ketika kami berada dekat Nabi saw dan beliau bersabda, “Adakah di antara kamu orang asing?” (yakni Ahli kitab). Maka saya menjawab: ‘Tidak ada’. Lalu Rasulullah saw berkata, “Angkatlah tanganmu dan ucapkanlah La Ilaha Illallah”. Lantas beliau menyambung, “Segala puji bagi Allah wahai Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimah ini dan
Engkau menjadikan dengan ucapannya kurnia syurga kepadaku dan bahawa Engkau tidak sekali-kali memungkiri janji”. Kemudian beliau bertanya: “Ketahuilah, gembiralah. Sesungguhnya Allah swt telah
mengampuni kamu sekelian.”
Terdapat juga sesetengah kumpulan tariqah yang menjalankan proses perjanjian dan talqin dengan cara yang berlainan iaitu dengan Wasiat, Ijazah dan Khirqah. Ijazah dan Wasiatmerupakan kekuasaan seorang guru dalam bentuk surat keterangan yang memberi kekuasaan kepada seorang murid untuk mengamalkan sesuatu atau selanjutnya mengajarkan pengamalan tariqah itu kepada orang lain. Manakala Khirqah pula berupa sepotong kain atau pakaian yang pada kebiasaannya dari bekas pakaian seorang guru yang diberikan kepada murid atau memakainya sebagai mengikat ikatan perguruan dalam pengamalan tariqah. Ini akan menghasilkan keberkahan dan dianggap suci dan menjadi kenang-kenangan bagi seorang murid.
4. Silsilah
Muhammad saw. Ini dianggap perlu dan sesuatu yang darurat kerana ia memberikan petunjuk kepada seorang murid. Bantuan kerohanian yang diambil guru-gurunya itu harus benar, dan jika tidak berhubungan sampai kepada Nabi Muhammad saw, maka bantuan itu dianggap terputus dan tidak merupakan warisan daripada Nabi saw. Seorang murid dalam tariqah hanya membuat perjanjian dengan gurunya dan tidak menerima Bai’ah, Talqin, Ijazah, Wasiat atau Khirqah tanda kesanggupan dan kesetiaan, kecuali kepada Mursyid yang mempunyai silsilah yang baik dan benar.
Setiap orang yang tidak mempunyai syeikh (Mursyid) yang memberi bimbingan kepada jalan keluar dari sifat sifat tercela, maka dia dianggap maksiat kepada Allah dan RasulNya kerana dia tidak dapat petunjuk mengenai jalan mengubatinya. Walaupun ia mengamalkan segala perkara yang bersifat aktif ataupun menghafal seribu buku tidaklah bermanfaat dengan tidak berguru atau mempunyai Syeikh. (Ubes dari berbagai sumber)
ANTARA TASAWUF DAN PENGAMALAN THORIQOH
Sedangkan menurut istilah, Thorekoh berasal dari kata ‘Ath-Thariq’, langkah jalan menuju kepada Hakikat, atau dengan kata lain implementasi pengalaman Syari'at secara kaffah. Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:
1) Tarekat adalah pengamalan syari'at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan (diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.
2) Tarekat adalah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya; baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).
3) Tarekat adalah meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan, sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh) dari (Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.
Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian terhadap kehidupan Tasawuf di beberapa negara Islam, menarik suatu kesimpulan bahwa istilah Tarekat mempunyai dua macam pengertian, yaitu: pertama, Tarekat yang diartikan sebagai pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan Tasawuf, untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut "Al-Maqamaat" dan "Al-Ahwaal".
Dari pengertian diatas, maka Tarekat itu dapat dilihat dari dua sisi; yaitu amaliyah dan perkumpulan (organisasi). Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian); baik yang dilakukan oleh seorang, maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut "Al-Maqaamaat" dan "Al-Akhwaal", meskipun kedua istilah ini ada segi prbedaannya.
Latihan kerohanian itu, sering juga disebut "Suluk", maka pengertian Tarekat dan Suluk adalah sama, bila dilihat dari sisi amalannya (prakteknya). Tetapi kalau dilihat dari sisi organisasinya (perkumpulannya), tentu saja pengertian Tarekat dan Suluk tidak sama.
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan dari guru.
Pengertian diatas menunjukkan Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf. Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thariqah al-Mu'tabarah al-Ahadiyyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naksibandiyah, Tarekat Rifa'iah, Tarekat Samaniyah dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan. Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja.
Thoriqoh atau tarekat adalah suatu ilmu untuk mengetahui hal ihwal nafsu dan sifat-sifatnya yang ada pada diri manusia, mana yang tercela kemudian di jauhi dan ditinggalkan, dan mana yang terpuji kemudian diamalkan. Tarekat ini sendiri tergolong menjadi dua golongan, yaitu tarekat muktabaroh dan tarekat yang tidak muktabaroh. Tarekat muktabaroh adalah aliran tarekat yang memiliki sanad yang muttashil (bersambung) sampai kepada Rosuluwllah Saw. Sedang beliau sendiri menerimanya dari malaikat jibril dan malaikat jibril dari Aowllah SWT.
Sedangkan tarekat yang tidak muktabaroh adalah aliran tarekat yang tidak memiliki sanad dan tidak muttashil sampi kepada Rosuluwllah. Tetapi pada pelaksanaan dan prakteknya bisa sama atau bahkan berbeda dan bertentangan.
Dalam Ilmu Tasawuf, Tariqah merupakan satu jalan atau kaedah yang ditempuh menuju keridhaan Allah swt dengan amaliah zahir dan bathin sepertimana yang terkandung dalam keluasan Ilmu Tasawuf. Adapun ikhtiar menempuh jalan itu lebih dikenali dengan istilah Suluk. Sedangkan orang bersuluk itu pula dipanggil Salik.
Dalam keterangan yang lain, dapat difahami bahwa tariqah itu adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan dikerjakan oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, Tabi’in, Tab’I Tabi’in turun temurun sehingga sampai kepada para ulama dan guru-guru.
Di dalam Al-Quranul Karim, perkataan Tariqah digunakan sebanyak 9 kali di dalam 5 surah. Pengertian tariqah di dalam Al-Quran mempunyai beberapa pengertian. Antaranya ialah:
2. Surah An-Nisa’ : 169
3. Surah Thoha : 63
4. Surah Thoha : 77
5. Surah Thoha : 104
6. Surah Al-Ahqaf : 30
7. Surah Al-Mukminin : 17
8. Surah Al-Jinn : 11
9. Surah Al-Jinn : 16
Manakala, jika diperhatikan 3 bentuk kata tharaqa digunakan di dalam Al-Quran, maka bentuk tersebut adalah:1) Thariq – Jalan yang ditetapkan atau jalan yang dilalui oleh manusia, 2) Thariqah – Keutamaan atau kebenaran, 3) Tharaiq – Berbentuk jamak dari perkataan thariq dan thariqah. Mempunyai dua makna iaitu :Jalan yang nampak dan Aliran thariqah
Thariqah sebagai organisasi para salik dan sufi, pada dasarnya memiliki tujuan yang satu, iaitu Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt. Akan tetapi sebagai organisasi, para salik yang kebanyakan diikuti masyarakat awam merupakan para Mubtadi’in, maka dalam tariqah terdapat tujuan-tujuan yang lain yang diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pertama dan utama tersebut. Sehingga secara garis besar, dalam Tariqah terdapat tiga tujuan yang masing-masing melahirkan tatacara dan jenis-jenis amalan kesufian. Ketiga tujuan pokok tersebut adalah:
1. Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa)
Ia merupakan satu proses penyucian jiwa yang akan menghasilkan ketenteraman, ketenangan dan rasa dekat
dengan Allah swt dengan menyucikan hati dari segala kekotoran dan penyakit hati atau penyakit jiwa. Tujuan ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang salik atau ahli tariqah. Bahkan dalam tradisi tariqah, Tazkiyatun Nafs ini dianggap sebagai tujuan pokok. Dengan bersihnya jiwa dari berbagai macam penyakit, akan secara langsung menjadikan seseorang dekat kepada Allah swt. Zikrullah (Mengingati Dan Menyebut Allah)
Selain zikrullah, Tazkiyatun Nafs ini juga diperolehi dengan: Mengamalkan Syariat, Melaksanakan amalan-amalan sunnah, dan Berperilaku zuhud dan wara’.
Taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah swt merupakan antara tujuan utama para sufi dan ahli tariqah. Ini diupayakan dengan beberapa cara yang tersendiri. Cara-cara tersebut dilaksanakan di samping perlaksanaan dan upaya mengingat Allah (zikir) secara terus-menerus, sehingga sampai tidak sedetik pun seorang salik itu lupa kepada Allah swt.
Kedua Muraqabah. Muraqabah ialah duduk bertafakkur atau mengheningkan perbuatan dengan penuh kesungguhan hati, dengan seolah-olah berhadapan dengan Allah swt. Meyakinkan diri bahwa Allah swt senantiasa mengawasi dan memerhatikannya. Sehingga dengan latihan Muraqabah ini, seorang salik akan memiliki nilai Ihsan yang baik, dan akan dapat merasakan kehadiran Allah swt di mana sahaja dan pada setiap masa.
Ketiga, Khalwat & Uzlah (Mengasingkan Diri). Khalwat atau uzlah adalah mengasingkan diri dari hiruk pikuk urusan duniawi. Sebahagian tariqah tidak mengajarkan Khalwat ini dalam keadaan fizikal, kerana mengikut golongan ini khalwat cukup dilakukan menerusi kehadiran hati (Khalwat Qalb). Sedangkan sebahagian tariqah yang lain, mengajarkan Khalwat atau Uzlah secara fizikal, sebagai pengajaran untuk membawa penuntutnya dapat melakukan Khalwat Qalb. Ajaran tentang khalwat ini dilaksanakan dengan mengambil iktibar dari amalan Rasulullah saw pada menjelang masa pengangkatan kenabiannya. Dalam perlaksanaan Khalwat ini diisi dengan berbagai Mujahadah demi mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam tradisi sebahagian tariqah di rantau Nusantara ini, Khalwat ini lebih dikenali dengan Suluk.
Tariqah sebagai kumpulan metode dan kayfiyat prakteh amalan yang menghimpunkan para calon sufi atau Salik, yang kebanyakannya terdiri dari masyarakat yang haus akan rahmat Allah. Untuk tahap awalkedudukan mereka itu berperingkat Mubtadi’in (permulaan), maka dalam tariqah terdapat amalan-amalan yang menyesuaikan kepada keadaan masyarakat awam. Amalan-amalan tersebut bertujuan mengharapkan sesuatu imbalan ataupun pertolongan dalam melaksanakan tujuan pengamalan tersebut.
amalan-amalan tersebut ialah :pertama Wirid. Wirid adalah suatu amalan yang harus dilaksanakan secara
istiqamah (berterusan), pada waktu-waktu yang khusus seperti setiap selesai mengerjakan sembahyang atau pada waktu-waktu tertentu yang lain. Wirid ini biasanya berupa potongan-potongan ayat, selawat atau pun nama-nama Allah.
Talqin atau Hirqah. Sedangkan wirid tidak semestinya harus diijazahkan oleh seorang Mursyid dan tidak diberikan dalam suatu proses perjanjian (bai’ah). Sedangkan dari sudut tujuan juga memiliki perbezaan antara keduanya. Zikir hanya dilakukan satu-satunya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, sedangkan wirid biasa dikerjakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang lain, umpama memohon keberkahan rezeki, pertolongan dan sebagainya.
Kedua Ratib. Ratib adalah amalan yang harus diwiridkan oleh para pengamalnya. Tetapi Ratib ini merupakan kumpulan dari beberapa potongan ayat atau surah-surah pendek yang digabungkan dengan bacaan-bacaan lain seperti Istighfar, Tasbih, Selawat, Asmaul Husna, Kalimah Thayyibah dalam suatu jumlah yang telah ditentukan dalam pengamalan yang khusus.
Ketiga Hizib. Hizib pula adalah suatu doa yang panjang, dengan susunan perkataan dan bahasa yang indah disusun oleh seorang sufi besar. Hizib ini biasanya merupakan doa pelindung bagi seorang sufi yang juga diberikan kepada muridnya secara ijazah. Hizib diyakini oleh kebanyakan masyarakat Islam sebagai amalan yang dimiliki daya yang sangat besar terutama jika diperhadapkan dengan ilmu-ilmu ghaib dan kesaktian.
keempat manaqib. Manaqib sebenarnya adalah biografi seorang sufi besar atau wali Allah seperti As-Syeikh Abdul Qadir Jailani dan Syeikh Bahauddin An-Naqsyabandi. Diyakini oleh para pengamal tariqah sebagai mempunyai suatu kekuatan rohani dan barakah. Bacaan manaqib ini seringkali dijadikan sebagai amalan, terutama untuk mengingati sejarah dan perjuangan para waliyullah dan untuk tujuan terkabulnya segala hajat-hajat yang baik dan khusus.
Minggu, 26 Oktober 2014
TASAWUF DALAM ISLAM
Dalam ilmu Tauhid akan dibahas tentang soal-soal i’tiqad (kepercayaan) mengenai hal ketuhanan, kerasulan, hari akhir, ketentuan qadla’ dan qadar Allah dan sebagainya. Ilmu Fiqih ini lebih membahas tentang hal-hal ibadah yang bersifat dhahir (lahir), seperti soal shalat, puasa, zakat, ibadah haji dan sebagainya. Sedangkan ilmuTasawuf lebih membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak, budi pekerti, amalan ibadah yang bertalian dengan masalah bathin (hati), seperti: cara-cara ihlash, khusu’, taubat, tawadhu’, sabar, redhla (kerelaan), tawakkal dan yang lainnya.